sambutlah pagi dengan senyum kedamaian hingga gelap terbaring di pangkuanmu "( greet the morning with a smile of peace until dark was lying in your lap )"

Thursday, July 25, 2013

DASAR-DASAR PENGANGGARAN MODAL




A. DEFINISI DAN METODE
Modal atau capital disini merujuk pada aktiva tetap yang digunakan dalam operasi perusahaan. Sedangkan anggaran atau budget adalah suatu rencana yang menjelaskan arus kas keluar dan arus kas masuk yang di proyeksikan (diprediksi) selama periode tertentu dimasa yang akan datang. Anggaran modal adalah suatu tinjauan umum tentang pengeluaran –pengeluaran terencana pada aktiva-aktiva tetap. Penganggaran modal adalah keseluruhan proses menganalisis proyek-proyek dan menentukan apakah proyek-proyek tersebut harus dimasukkan dalam anggaran modal (capital budget). 

Keputusan-kepetusan penganggaran modal sangat penting karena :
1. Inplikasi dari keputusan tersebut akan berlangsung terus hingga suatu periode yang cukup lama        atau memiliki konsekuensi jangka panjang
2. Menentukan bentuk-bentuk aktiva yang dimiliki perusahaan.
3. Melibatkan pengeluaran yang besar

Perusahaan dapat mengklasifikasi proyek-proyek yang dianalisis dalam beberapa kategori proyek :
1. Penggantian (reflecement) untuk mempertahankan bisnis yang ada.
2. Penggantian untuk mengurangi biaya
3. Pengembangan produk yangada atau pasar sekarang
4. Mengembangkan produk baru atau pasar baru
5. Keamanan dan lingkungan

Proses penganggaran modal memiliki prosedur yang sama seperti proses menilai sekuritas (misalnya saham atau obligasi) proses tersebut adalah :
1. Arus kas proyek di perkirakan
2. Risiko dari arus kas proyek ditentukan dan digunakan bersama WACC perusahaan untuk memperkirakan tingkat diskonto (discount rate) proyek yang disebut “biaya modal proyek “ atau project cost of capital.
3. Arus kas didiskonto untuk menghitung present valuenya
4. Present value dari pemasukan (arus kas masuk atau cash inflows) dibandingkan dengan present value dari pengeluaran atau biaya (arus kas keluar atau cash outplows). Jika present value arus kas masuk lebih besar, proyek seharusnya diterima kerena akan meningkatkan nilai perusahaa.
Memperkirakan arus kas proyek merupakan langkah yang penting sekaligus paling rumit. Setelah arus kas proyek diperkirakan, langkah berikutnya adalah dievaluasi dengan menggunakan suatu metode untuk menentukan apakah proyek harus diterima atau ditolak. Paling tidak ada lima metode yang dapat digunakan yaitu ; (1). Payback period, (2). Net Present Value / IRR , (3). Internal Rate of Return / IRR, (4). Profitability Index / PI , (5). Modified IRR / MIRR


B. METODE PAYBACK PERIOD
Payback period adalah periode waktu yangh diperlukan untukmengembalikan investasi pada proyek
Contoh :

Tahun Perkiraan arus kas bersih setelah pajak proyek X
(Rp Arus kas kumulatif
(Rp)
0 (1.000.000,- ) (1.000.000,- )
1 500.000,- ( 500.000,- )
2 400.000,- ( 100.000,- )
3 300.000,- 200.000,-
4 100.000,- 300.000,-

Investasi sebesar Rp. 1.000.000,- dapat dikembalikan pada akjir tahun ke 3. Tidak ada batas waktu yang jelas, semua tergantung pada pemilik modal. Namun pada umumnya, payback period yang pendek lebih disukai para pemilik modal. Keuntungan metode payback period, mudah dihitung dan dimengerti. Selain itu, payback period memberikan informasi mengenai informasi mengenai risiko dan likuiditas proyek. Proyek yang paycabk periodnya pendek memiliki risiko yang lebih kecil dan likuiditasnya yang lebih pendek. Kelemahan metode payback period, mengabaikan arus kas setelah payback period dan nilai waktu uang.
Contoh :
Tahun Perkiraaan Arus Kas Proyek A (Rp) Perkiraaan Arus Kas Proyek B (Rp) Perkiraaan Arus Kas Proyek C (Rp) Perkiraaan Arus Kas Proyek D (Rp)
0 ( 1.000.000,- ) ( 1.000.000,- ) ( 1.000.000,- ) ( 1.000.000,- )
1 1.000.000,- 500.000,- - 800.000,-
2 100.000,- 1.000.000,- 900.000,- 100.000,-
3 - 2.000.000,- 100.000,- 100.000,-
4 - 1.000.000,-

Paycak period proyek A = 1 tahun
Payback period proyek B = 1, 5 tahun
Menurut metode pacback period, proyek A lebih baik, tetapi sebenarnya proyek B lebih menguntungkan karena pada tahun ke 3 dan 4 proyek B masih menghasilkan arus kas sebesar Rp. 3.000.000,- sementara pada proyek A sudah berhenti memberikan pemasukan.
Proyek C dan D memiliki payback period yang sama yaitu 3 tahun, tetapi proyek D sebenarnya lebih menarik karena memberikan Rp. 800.000,- pada tahun pertama sementara proyek C tidak memberikan apa-apa. Present value arus kas masuk proyek D lebih besar dari present value arus kas masuk proyek C

C. METODE NET PRESENT VALUE / NPV
Metode ini menggunakan teknik discounted cash flows (DCF) untuk memperhitungkan nilai waktu uang dari semua arus kas proyek.
NPV didefinisikan dengan rumus sebagai berikut :


Dimana :
CF1 = Cash Flows atau arus kas pada waktu t
k = Biaya modal proyek (project cost of capital)
t = Periode waktu
n = usia proyek
Arus kas dapat berupa pengeluaran-pengeluaran (cah out flows) dan penerimaan ( cash inflows ) . Cash inflows diberi tanda – (negatif) dan cash inflows di beri tanda + (positif). Kriteria penerimaaan : NPV nol atau positif, yang berarti present value dari arus kas masuk sama dengan atau lebih besar dari present value dari arus kas keluar. Dengan demikian, jika NPV proyek negatif, proyek tersebut harus di tolak. Jika ada dua proyek bersifat “ mutually exelusive “ ( artinya hanya satu yang dipilih ) maka proyek yang dipilih NPV positif yang terbesar yang dipilih.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus Kas Proyek X (Rp)
0 ( 1.000.000,- )
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-

Biaya modal proyek adalah 10 %

= - 1.000.000 + 454.550 + 330.580 + 225.390 + 68.300
= 78.820
Karena NPV adalah positif, proyek ini dapat diterima.
NPV sebesar nol menunjukkan bahwa arus kas proyek tepat cukup untuk ; (1) membayar kembali modal yang dinvestasikan, dan (2). Menyediakan tingkat keuntungan yang diisyaratka pada modal (biaya modal proyek).
Jika NPV adalah positif, arus kas proyek menghasilkan suatu “ sisa keuntungan” atau exess return yang akan dinikmati oleh para pemegang saham (pemilik) perusahaan). Jadi jika perusahaan mengambil proyek dengan NPV positif, nilai perusahaan (harga saham) akan naik yang berarti kesejahteraan pemegang saham (wealth of stockholders) naik. Jika perusahaan mengambil proyek hanya dengan NPV = 0, harga saham tidak berubah karena proyek hanya menghasilkan keuntungan sebesar yang diisyarakatkan. Metode NPV ini dipandang sebagai pengukur profitabilitas suatu proyek yang terbaik karena metode ini memfokuskan pada kontribusi proyek kepada kemakmuran pemegang saham.

D. METODE INTERNAL RATE OF RETURN / IRR
IRR adalah suatu tingkat diskonto (discount rate) yang menyamakan present value cash inflows dengan present value cash outflows. Atau tingkat diskonto yang membuat NPV = 0. IRR juga diartikan sebagai “ tingkat keuntungan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh proyek “atau “ expected rate return. Rumus untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :


Di Mana :
r = IRR atau tingkat diskonto yang menyebabkan NPV = 0
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus Kas Proyek “X”
0 (1.000.000,- )
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-


r atau IRR dapat dicari dengan bantuak table PVIF, untuk itu kita harus menggunakan teknik coba-coba atau “ trial and error”
Misalnya, Jika r = 14 %, NPV = 8083
Jikar = 15 %, NPV = -8330
Artinya r yang membuat NPV = 0 adalah diantara 14 % sampai 15 %.
Kriteria penerimaan proyek : jika IRR lebih besar atau sama dengan project cost of capital , proyek harus ditolak. Mengapa ? IRR dapat dipandang sebagai suatu tingkat keuntungan yang diharapkan dari proyek (expected rate of return). Sedangkan project cost of capital adalah tingkat keuntungan yang diisyaratkan (required rate of return).
Jika IRR lebih besar dari dari biaya modal proyek, proyek dapat membayar biaya modal proyek dan tetap menghasilkan suatu surplus keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham. Dengan demikian mengambil proyek yang IRR nya lebih besar dari biaya modal proyek akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
Jika IRR sama dengan biaya modal proyek, proyek diperkirakan akan menghasilkan keuntungan sebesar yang diisyaratkan oleh pemilih modal, tidak lebih tidak kurang. Kondisi ini tentunya masih daptr diterima oleh pemilik modal (baik pemilik modal asing atau kreditur maupun pemilik modal sendiri.
Jika terdapat 2 proyek yang bersifat mutually exclucive , proyek dengan IRR yang lebih tinggi yang sebaiknya dipilih, dengan asumsi IRR kedua lebi besar atau sama dengan biaya modal proyek. Pada kondisi ini, proyek dengan IRR terbesar yang dipilih, dengan asumsi IRR biaya modal.

E. METODE PROFITABILITY INDEX / PI
Profitability Index atau PI adalah rasio antara Present Value Penerimaaan arus kas dan Present Value pengeluaran arus kas. Metode ini sering disebut “Benefit Cost Ratio”.

Contoh :
Tahun Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-

Biaya modal proyek = 10 %

PI
Kriteria penerimaaan proyek : suatu proyek diterima jika PI proyek adalah sama dengan atau lebih besar dati 1. Jika PI proyek sama dengan atau lebih besar dari 1, artinya PV penerimaan sama dengan atau lebih besar dari PV pengeluaran. Sebaliknya, jika PI proyek lebih kecil dari 1, proyek di tolak. Untuk proyek yang mutually exclusive, proyek dengan PI lebih besar yang dipilih, dengan catatan PI 1. 


F. PERBANDINGAN ANTARA METODE NPV DAN IRR
Secara matematis, metode NPV, IRR, dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent jika keputusan terima / tolak proyek satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
JIka suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal dan PI = 1. Oleh karena itu, jika NPV IRR biaya modal dan PI 1.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-

Biaya modal proyek adalah 10 %
NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena : NPV positif, IRR lebih besar dari biaya modal proyek dan PI lebih besar dari 1.
G. PERUBAHAN BIAYA MODAL DAN NPV
Selama ini kita selalu mengasumsikan bahwa biaya modal konstsan dari waktu kewaktu. Seandainya perusahaan mengantisipasi bahwa biaya modal tidak konstan, perhitungan NPV harus memasukkan fenomena ini.
Contoh :
Tahun Arus Kas Proyek
0 ( 10.000.000,-) 

1 4.100.000,-
2 4.100.000,-
3 4.100.000,-

Jika biaya modal tetap 10 % sepanjang usia proyek .

= 195.000
Seandainya biaya modal tidak tetap , tapi diperkirakan 10 % tahun 1, 12 % pada tahun 2 dan 14 % pada tahun 3, maka :

= - 26.000